Ninja atau Shinobi (忍者 atau 忍び?) (dalam bahasa Jepang,
secara harfiah berarti "Seseorang yang bergerak secara rahasia")
adalah seorang mata - mata zaman feodal di Jepang yang terlatih dalam seni
ninjutsu (secara kasarnya "seni pergerakan sunyi") Jepang. Ninja,
seperti samurai, mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut ninpo.
Menurut sebagian pengamat ninjutsu, keahlian seorang ninja bukanlah pembunuhan
tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi nin yang
artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang ninja adalah menyusup dengan
atau tanpa suara.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Definisi
* 2 Asal-usul ninja
* 3 Bela diri ninjutsu
* 4 Peralatan ninja
* 5 Pelatihan
* 6 Filosofi ninja
* 7 Lihat pula
* 8 Catatan kaki
* 9 Bacaan lebih lanjut
[sunting]
Definisi
Kata
"ninja" dalam aksara Kanji.
Ninja
biasanya segera dikaitkan dengan sosok yng terampil beladiri, ahli menyusup dan
serba misterius seperti yang tampak di dalam film atau manga (komik Jepang).
Kata ninja terbentuk dari dua kata yaitu nin (忍?) dan sha (者?)
yang masing-masing artinya adalah "tersembunyi" dan "orang".
Jadi ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feudal jepang. Sejarah ninja
juga sangat sulit dilacak. Info mengenai keberadaan mereka tersimpan
rapat-rapat dalam dokumen-dokumen rahasia.
Ninja juga
bisa diartikan sebagai nama yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan
mendalami seni bela diri ninjutsu. Nin artinya pertahanan dan jutsu adalah seni
atau cara. Kata ninja juga diambil dari kata ninpo. Po artinya adalah falsafah
hidup atau dengan kata lain ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu beladiri
ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang ninja. Jadi ninja akan selalu
waspada dan terintregasi pada prinsip ninpo.
Ninja adalah
mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan
tertinggi di pemerintahan Jepang pada abad ke-12. Pada abad ke-14 pertarungan
memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktivitas dan
kekuatan lawan menjadi penting, dan para ninja pun semakin aktif. Para ninja
dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan menghancurkan
gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan
penyerbuan di malam hari. Karena itu ninja memperoleh latiham khusus. Ninja
tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi
oleh pemerintah di Zaman Edo.
[sunting]
Asal-usul ninja
Dataran Iga,
yang dilingkupi pegunungan terpencil, memiliki desa-desa yang khusus melatih
ninja.
Kemunculan
ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni nonuse ke Jepang.
Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya ninja.
Seni nonuse
atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam adalah suatu praktik keagamaan
yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan info
kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut
menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka
tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.
Pada tahun
794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan
kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu
sama lain dalam usahanya menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan
pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena
itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal
kelahiran ninja. Pada abad ke-16 ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu
keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi
yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal
para raja di jepang. Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi
mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja. Ilmu beladiri
yang kemudian dikenal dengan nama ninjutsu. Dalah ilmu yang diwariskan dari
leluhur mereka dan atas hasil penyempurnaan seni berperang selama puluhan
generasi. Menurut para ahli sejarah hal itu telah berlangsung selama lebih dari
4 abad. Ilmu itu meliputi filsafat FUDOSHIN, spionase, taktik perang komando,
tenaga dalam, tenaga supranatural, dan berbagai jenis bela diri lain yang
tumbuh dan berkembang menurut zaman.
Namun ada
sebuah catatan sejarah yang mengatakan bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus
dari Cina ke Jepang. Hal ini terjadi karena runtuhnya dinasti Tang dan adanya
pergolakan politik. Sehingga banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke
jepang.sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit dan biksu. Mereka
menetap di provinsi Iga, di tengah pulau Honshu. Jendral tersebut antara lain
Cho Gyokko, Ikai Cho Busho membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan
kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan,
ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional. Semuanya menyatu dengan
kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama ninjutsu.
[sunting]
Bela diri ninjutsu
Diagram
Bansenshukai ini berisikan ramalan dan kosmologi esoterik (onmyōdō) untuk
menetapkan waktu ideal seorang ninja melakukan tindakan tertentu.
Gerakan
beladiri ninjutsu hanya tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi
dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan, berputar dan teknik bantu
seperti meloloskan diri, mengendap, dan teknik khusus lainnya. Namun, dalam
praktiknya ninja menghindari kontak langsung dengan lawannya, oleh karena itu
berbagai alat lempar, lontar, tembak, dan penyamaran lebih sering digunakan.
Berbeda dengan seni beladiri lain, ninjutsu mengajarkan teknik spionase,
sabotase, melumpuhkan lawan, dan menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut
digunakan untuk melindungi keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan ninja
memang sulit dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di
sisi lain ninja harus mengutamakan kecerdikan saat menggunakan jurus untuk
menghadapi lawan. Di sisi lain ajaran ninpo memberi petunjuk bahwa salah satu tujuan
ninjutsu adalah mengaktifkan indra keenam mereka. paduan intuisi dan kekuatan
fisik pada jangka waktu yang lama memungkinkan para ninja untuk mengaktifkan
indra keenamnya. Sehingga dapat mengenal orang lain dengan baik dan mengerti
berbagai persoalan dalam berbagai disiplin ilmu.
Di dalam
ninpo terdapat teknik beladiri tangan kosong (taijutsu), teknik pedang
(kenjutsu), teknik bahan peledak dan senjata api (kajutsu), teknik hipnotis
(saimonjutsu), dan teknik ilusi(genjutsu). Pada aliran Togakure Ryu dikenal
adanya latihan olah energi yang disebut Kuji Kiri. Prinsipnya adalah
penggabungan antara kekuatan fisik dan mental. Penyaluran energi yang tepat
dari tenaga kuji kiri dapat bersifat menghancurkan, namun di sisi lain jika
digunakan untuk olah pikir dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang
pelik.
Ninjutsu akan
sia-sia jika ninja tidak memiliki mental dan spiritual yang kuat. Untuk itu
ninja harus menguasai Kuji-in, yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan
simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya menjadi saluran energi.
Simbol di tangan di ambil dari praktik pada massa awal penyebaran agama Buddha.
Kuji-in digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang ninja.
Kuji-in mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi
adanya kematian.
Dari 81
simbol yang ada, hanya 9 yang utama, yaitu rin(memberi kekuatan tubuh), hei
(memberi kekuatan menyamarkan kehadiran seseorang), Toh (menyeimbangkan bagian
padat dan cair pada tubuh), sha (kemampuan menyembuhkan), kai(memberi kontrol
menyeluruh terhadap fungsi tubuh), jin(meningkatkan kekuatan telepati), retsu
(memberi kekuatan telekinetik), zai (meningkatkan keselarasan terhadap alam),
dan zen (memberi pencerahan pikiran dan pemahaman). Seorang ninja akan menjadi
master sejati dengan menguasai simbol-simbol ini.
Walaupun
terdapat banyak keluarga ninja di Jepang, baru sekitar tahun enam puluhan
keluarga ninja baru dapat di dekati oleh orang luar. Pada tahun 1960 televisi
jepang menayangkan laporan dokumentasi dan sejarah ninja. Setelah itu salah
satu aliran yang dapat membuka diri dan memperkenalkan ninja ke dunia luar
adalah aliran togakure-ryu dengan pewaris dari generasi ke 34, masaaki
hatsumi,.yang profesi sehari-harinya adalah seorang tabib ahli penyembuhan dan
pengobatan tulang. Pada tahun 1978 ninjutsu berhasil di publikasikan dan
diajarkan ke amerika oleh stephen k. hayes. Sejak saat itu ninjutsu menjadi
cabang beladiri yang paling banyak diminati.
[sunting]
Peralatan ninja
Anak panah,
paku, pisau, dan cakram bintang tajam, secara kolektif dikenal sebagai
shuriken, senjata rahasia ninja.
Sepasang
kusarigama, dipamerkan di Istana Iwakuni.
Ninja
diharuskan untuk bisa bertahan hidup di tengah alam, karena itu mereka menjadi
terlatih secara alamiah untuk mampu membedakan tumbuhan yang bisa dimakan,
tumbuhan racun, dan tumbuhan obat. Mereka memiliki metode cerdik untuk
mengetahui waktu dan mata angin. Ninja menggunakan bintang sebagai alat
navigasi mereka ketika menjalankan misi di malam hari.mereka juga mahir
memasang perangkap, memasak hewan, membangun tempat berlindung, menemukan air
dan membuat api.
Ninja memakai
baju yang menutup tubuh mereka kecuali telapak tangan dan seputar mata. Baju
ninja ini disebut shinobi shozoko. shinobi shozoko memiliki 3 warna. Baju warna
hitam biasanya dipakai ketika melakukan misi di malam hari dan bisa juga
sebagai tanda kematian yang nyata bagi sang target. Warna putih digunakan untuk
misi di hari bersalju. Warna hijau sebagai kamuflase agar mereka tidak terlihat
dalam lingkungan hutan.
Shinobi
shozoko memiliki banyak kantong di dalam dan luarnya. Kantong ini digunakan
untuk menyimpan peralatan kecil dan senjata yang mereka butuhkan, seperti
racun, shuriken, pisau, bom asap dan lain-lain. Ninja juga membawa kotak P3K kecil
tradisional, yang diisi dengan cairan dan minuman. Ninja juga memakai tabi yang
mirip sepatu boot. Celah yang memisahkan jempol kaki dengan jari lainnya
memudahkan ninja saat memanjat tali atau dinding.
Ninja wanita
atau kunoichi yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka
ketika melakukan pendekatan pada sang target menggunakan manipulasi kejiwaan
dan perang batin sebagai senjata mereka. mereka bisa mendekati target dan
membunuhnya tanpa jejak. Kunoichi memiliki misi yang berbeda dengan ninja
laki-laki. Mereka lebih sering dekat dengan target, sehingga mereka juga lebih
sering menggunakan senjata jarak dekat seperti metsubishi, racun, golok, tali,
dan tessen. Selain itu senjata-senjata tersebut juga praktis dibawa tanpa
kelihatan.
Ninja
memiliki senjata dalam berbagai jenis, bentuk, dan ukuran. Senjata yang
biasanya dipakai adalah katana (pedang) dan sering diletakkan di punggung.[1]
Senjata lempar seperti pisau kecil, atau cakram berbentuk bintang, dikenal
sebagai shuriken. Peralatan canggih ninja lainnya adalah sabit berantai yang
disebut kusarigama,[2] kaginawa (jangkar bertali) untuk memanjat dinding,
ashiaro untuk membuat jejak kaki palsu agar tidak terlacak saat menjalankan
misi, metsubushi (cangkang telur yang diisi dengan pasir dan serbuk logam,
biasanya juga kotoran tikus) yang berfungsi untuk membutakan lawan.
Pelatihan
Pada saat
anak-anak ninja telah dilatih untuk waspada dan dididik dalam kerahasiaan dan
tradisi ilmu mereka. Pada umur 5-6 tahun mereka diperkenalkan dengan permainan
ketangkasan dan keseimbangan tubuh. Anak-anak disuruh berjalan di atas papan
titian yang sangat kecil, mendaki papan yang terjal, dan melompati semak-semak
yang berduri. Pada umur 9 tahun mereka dilatih untuk kelenturan otot. Anak-anak
berlatih berguling dan meloncat. Setelah itu anak-anak diajarkan teknik memukul
dan menendang pada target jerami yang di ikat. Setelah itu pelatihan meningkat
ke seni bela diri tanpa senjata dan setelahnya dasar-dasar menggunakan pedang
dan tongkat.
Pada masa
remaja mereka diajari cara menggunakan senjata khusus. Melempar pisau,
penyembunyian senjata, teknik tali, berenang, taktik bawah air, dan teknik
menggunakan alam untuk mendapat informasai atau untuk menyembunyikan diri.
Waktu mereka dihabiskan dalam ruang tertutup atau bergelantungan di pohon untuk
membangun kesabaran, daya tahan, dan stamina. Terdapat pula latihan gerak tanpa
suara dan lari jarak jauh. Mereka juga diajarkan teknik melompat dari pohon ke
pohon atau atap ke atap.
Pada masa
akhir remaja ninja belajar menjadi aktor dan psikologi melalui tingkah laku
mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai mengerti cara
bekerja jiwa manusia, menggunakan kelemahan orang lain untuk keuntungan mereka.
Mereka juga belajar membuat obat-obatan, mendapatkan jalan masuk rahasia ke
dalam sebuah bangunan, cara memanjat dinding, melewati atap, mencuri di bawah
rantai, mengikat musuh, cara kabur, dan menggambar peta, rute, petunjuk jalan,
serta wajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar